Monday, February 25, 2013

Titrasi Asam Basa



Titrasi asam basa suatu prosedur dalam analisis kimia untuk menentukan konsentrasi / kemolaran larutan asam / basa. Hal ini dilakukan dengan meneteskan larutan standar asam / basa yang kemolarannya sudah diketahui ke dalam larutan asam / basa yang kemolarannya akan di tentukan menggunakan buret. Penambahan larutan standar dilakukan sampai mencapai titik ekivalen, yakni dimana asam /basa habis bereaksi. Titik ekivalen dapat ditentukan dengan menggunakan suatu indikator yang harus berubah warna di sekitar titik tersebut. Titik dimana perubahan warna indikator terjadi disebut titik akhir titrasi.



Prinsip Titrasi Asam basa
Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun titrant. Titrasi asam basa berdasarkan reaksi penetralan. Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa dan sebaliknya.
Titrant ditambahkan titer sedikit demi sedikit sampai mencapai keadaan ekuivalen ( artinya secara stoikiometri titrant dan titer tepat habis bereaksi). Keadaan ini disebut sebagai “titik ekuivalen”.
Pada saat titik ekuivalent ini maka proses titrasi dihentikan, kemudian kita mencatat volume titer yang diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut. Dengan menggunakan data volume titrant, volume dan konsentrasi titer maka kita bisa menghitung kadar titrant.

Cara Mengetahui Titik Ekuivalen
Ada dua cara umum untuk menentukan titik ekuivalen pada titrasi asam basa.
  1. Memakai pH meter untuk memonitor perubahan pH selama titrasi dilakukan, kemudian membuat plot antara pH dengan volume titrant untuk memperoleh kurva titrasi. Titik tengah dari kurva titrasi tersebut adalah “titik ekuivalent”.
  2. Memakai indicator asam basa. Indikator ditambahkan pada titrant sebelum proses titrasi dilakukan. Indikator ini akan berubah warna ketika titik ekuivalen terjadi, pada saat inilah titrasi kita hentikan.
Pada umumnya cara kedua dipilih disebabkan kemudahan pengamatan, tidak diperlukan alat tambahan, dan sangat praktis. Indikator yang dipakai dalam titrasi asam basa adalah indicator yang perbahan warnanya dipengaruhi oleh pH. Penambahan indicator diusahakan sesedikit mungkin dan umumnya adalah dua hingga tiga tetes. Untuk memperoleh ketepatan hasil titrasi maka titik akhir titrasi dipilih sedekat mungkin dengan titik equivalent, hal ini dapat dilakukan dengan memilih indicator yang tepat dan sesuai dengan titrasi yang akan dilakukan. Keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan warna indicator disebut sebagai “titik akhir titrasi”.

Rumus Umum Titrasi
Pada saat titik ekuivalen maka mol-ekuivalent asam akan sama dengan mol-ekuivalent basa, maka hal ini dapat kita tulis sebagai berikut:
mol-ekuivalen asam = mol-ekuivalen basa
Mol-ekuivalen diperoleh dari hasil perkalian antara Normalitas dengan volume maka rumus diatas dapat kita tulis sebagai:
N x V asam = N x V basa
Normalitas diperoleh dari hasil perkalian antara molaritas (M) dengan jumlah ion H+ pada asam atau jumlah ion OH pada basa, sehingga rumus diatas menjadi:
n x M x V asam = n x V x M basa
keterangan :
N = Normalitas
V = Volume
M = Molaritas
n = jumlah ion H+ (pada asam) atau OH – (pada basa)

Wednesday, February 13, 2013

Reaksi Penetralan Asam Basa



A. REAKSI PENETRALAN ASAM KUAT DAN BASA KUAT

Jika larutan asam dan basa direaksikan, maka dihasilkan garam dan air. Persamaan reaksinya dapat dituliskan sebagai berikut :
Asam + Basa → Garam + Air
Jika HCl dicampurkan dengan NaOH, maka ion H+ dari HCl akan bereaksi dengan ion OH dari NaOH membentuk air (H2O). Reaksi ini disebut reaksi penetralan. Sementara, Cl dari HCl akan bereaksi dengan ion Na+ dari NaCl membentuk garam NaCl.
HCl(aq) + NaOH(aq) → NaCl(aq) + H2O(l)
Di dalam larutannya, HCl dan NaOH akan terurai menjadi ion-ionnya, sehingga reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut.
H+(aq) + Cl(aq) + Na+(aq) + OH(aq) → Na+(aq) + Cl(aq) + H2O(aq)
Dari reaksi di atas dapat disederhanakan menjadi reaksi ion bersih adalah
H+(aq) + OH(aq) → H2O(aq)

B. REAKSI PENETRALAN ASAM LEMAH DAN BASA KUAT

Jika asam lemah CH3COOH dicampurkan dengan basa kuat NaOH, maka akan dihasilkan garam CH3COONa yang bersifat basa. Reaksi yang terjadi adalah
CH3COOH(aq) + NaOH(aq) → CH3COONa(aq) + H2O(l)
Larutan CH3COOH merupakan asam lemah sehingga akan mengion sebagian, sedangkan NaOH akan mengion sempurna. Reaksi ionnya dapat dituliskan sebagai berikut.
CH3COOH(aq)+Na+(aq)+OH(aq) → CH3COO(aq) + Na+ (aq) + H2O(l)
Sehingga reaksi ion bersihnya dapat dituliskan sebagai berikut.
CH3COOH(aq) + OH (aq) → CH3COO(aq) + H2O(l)

C. REAKSI PENETRALAN BASA LEMAH DAN ASAM KUAT

Jika basa lemah NH4OH (NH3 + H2O) dicampurkan dengan asam kuat HCl, maka akan dihasilkan garam NH4Cl yang bersifat asam. Reaksi yang terjadi adalah
NH4OH(aq) + HCl(aq) → NH4Cl(aq) + H2O(l)
Larutan NH4OH akan terurai sebagian, sedangkan HCl akan terurai sempurna. Persamaan reaksi ion yang terjadi adalah
NH4OH(aq) + H+(aq) + Cl(aq) → NH4 +(aq) + Cl(aq) + H2O(l)
Sehingga reaksi ion bersihnya dapat dituliskan sebagai berikut.
NH4OH(aq) + H+(aq) → NH4+(aq) + H2O(l)

D. REAKSI PENETRALAN ASAM LEMAH DAN BASA LEMAH

Jika asam lemah CH3COOH dicampurkan dengan basa lemah NH4OH, maka akan terbentuk garam NH4CH3COO dan air. Reaksi yang terjadi adalah
CH3COOH(aq) + NH4OH(aq) → NH4CH3COO(aq) + H2O(l)